Ideologi Desain Grafis Indonesia: Perkembangan Desain Grafis Serta Pengaruh Style POP Art, dan Liberalisme
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang mana telah memberikan kita tempat
dan waktu sehingga saya Rima Indah dapat menyelesaikan tugas review jurnal ini.
Dari 3 jurnal yang saya sudah baca, saya mengangkat tema Ideologi Desain
Grafis Indonesia: Perkembangan Desain Grafis Serta Pengaruh Style POP Art, dan
Liberalisme. yang diambil dari 3 jurnal dengan tema:
1. GAYA INDIES: GAYA DESAIN GRAFIS INDONESIA TEMPO
DOELOE
2. IDEOLOGI DESAIN GRAFIS INDONESIA
3. GAYA POP ART PADA KARYA DESAIN GRAFIS DI INDONESIA
Ketiga jurnal tersebut
saya ambil berdasarkan ketertarikan saya terhadap dunia desain grafis Indonesia.
3 jurnal tersebut memiliki korelasi terhadap perkembangan desain di Indonesia
dan ideologi desain grafis di Indonesia, mulai dari style retro desain grafis Indonesia,
sampai gaya pop art pada karya desain grafis Indonesia.
Jurnal 1
Pada jurnal pertama, Makalah
ini menggali gaya desain grafis yang lazim selama era kolonial di Hindia
Belanda, menyoroti persilangan antara desain modern Eropa dan seni tradisional
Jawa. Masa kolonial ditandai oleh seniman kulit putih yang menggambarkan
penduduk asli secara negatif, seringkali mengeksploitasi perbedaan genetik dan
menggambarkan mereka sebagai "yang lain". Industri pers yang
berkembang memanfaatkan narasi ini, menghasilkan iklan yang semakin kompleks
dan artistik yang sering kali memasukkan simbol-simbol budaya lokal. Eksotisme
dan kekayaan budaya penduduk setempat menjadi sumber inspirasi bagi para
desainer grafis Belanda.
Iklan-iklan yang dibuat
oleh ilustrator Belanda cenderung meromantisasi eksotisme penduduk pribumi
melalui lensa kolonial. Sebaliknya, iklan yang dirancang oleh seniman grafis
pribumi seringkali menggambarkan perempuan pribumi dengan atribut Barat, yang
mencerminkan interaksi pengaruh budaya yang kompleks. Bibliografi makalah ini
mencakup beragam sumber yang relevan dengan topik ini, yang menunjukkan
eksplorasi menyeluruh terhadap pokok bahasan tersebut.
Gaya desain grafis
Hindia Belanda muncul sebagai perpaduan antara desain modern Eropa dan
eksotisme seni wayang tradisional. Gaya ini mencapai puncaknya pada tahun
1930an, didukung oleh berkembangnya industri pers yang sangat bergantung pada
pendapatan iklan.
Selain Itu Makalah ini juga
menggambarkan empat interpretasi gaya:
- gaya objektif
- gaya subjektif
- gaya nasional
- gaya khusus untuk teknik tertentu.
Gaya grafis mengacu pada
ciri khas seorang desainer atau periode waktu tertentu. Gaya Hindia menyinggung fenomena visual yang berkembang pada masa
kolonial di Hindia Belanda. Budaya Hindia Belanda merupakan perpaduan
pengaruh Barat, Cina, Islam, dan agrarianisme tradisional Jawa yang eklektik.
Media komunikasi visual memainkan peran penting dalam penyebaran ide dan
dokumentasi sosial. Pada abad ke-19, gerakan realisme di Eropa mempengaruhi
seniman dan desainer grafis di Hindia Belanda dalam menggambarkan realitas
sosial penduduk pribumi.
Gaya desain grafis
Hindia Belanda, sebagaimana diuraikan dalam makalah ini, merupakan tren desain
yang berkembang pada masa kolonial di Hindia Belanda, yang mencapai puncaknya
pada tahun 1930-an. Gaya ini menggabungkan desain Eropa modern dengan seni tradisional
Jawa.
Gaya desain grafis di
Hindia Belanda pada tahun 1930-an memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan perpaduan
antara gaya desain modern Eropa dengan seni rupa tradisional wayang Jawa.
2. Kontur garis
pembentuk obyek yang sangat luwes, rapi, dan artistik dipadu dengan warna-warna
datar cenderung kusam.
3. Penggunaan tipografi
yang sangat lugas dan tegas, dengan kalimat teks minimal.
4. Memiliki visualisasi
yang mengadopsi eksotisme gaya visual Indies, sering digunakan dalam material
promosi cetak, cover buku, kemasan kaset dan CD, serta desain label kemasan.
Kesimpulan
Dari jurnal ini,
terungkap kompleksitas interaksi antara gaya desain grafis Eropa modern dan
seni rupa tradisional Jawa di Hindia Belanda. Gaya desain grafis Indies,
mencapai puncaknya pada tahun 1930-an, merupakan hasil perpaduan kreatif antara
kedua gaya tersebut, yang masih memengaruhi desainer grafis masa kini. Gaya
Indies mencerminkan fenomena visual yang berkembang di masa kolonial, memadukan
pengaruh budaya Barat, Cina, Islam, dan eklektisme tradisional Jawa. Jurnal ini
memberikan pemahaman mendalam tentang hubungan ini, menjelaskan bagaimana gaya
desain grafis memengaruhi realitas sosial masyarakat pribumi pada masa
tersebut, tetap menjadi inspirasi bagi para desainer grafis modern.
Jurnal 2
Pada jurnal kedua yang
berjudul “IDEOLOGI DESAIN GRAFIS
INDONESIA”
jurnal ini membahas pentingnya ideologi Desain Grafis Indonesia yang berakar
pada nilai-nilai Pancasila untuk memastikan bahwa desain grafis mencerminkan
ciri khas Indonesia. Hal ini menyoroti pergeseran ke arah liberalisme yang
dipengaruhi oleh negara-negara Barat, yang menyebabkan Desainer Grafis
Indonesia kehilangan ideologi yang jelas. Menekankan perlunya mengeksplorasi
kembali nilai-nilai Pancasila sebagai landasan ideologi Desain Grafis
Indonesia, makalah ini menekankan refleksi ideologi Pancasila dalam strategi,
proses, dan penerapan desain grafis. Hal ini menghimbau bagi Desainer Grafis
Indonesia untuk lebih memperhatikan nilai-nilai budaya lokal dan Indonesia
dalam karyanya untuk menjaga identitas budaya.
Bagaimana
pengaruh liberalisme Barat terhadap ideologi Desain Grafis Indonesia?
Pengaruh liberalisme
Barat menyebabkan kurang jelasnya ideologi di kalangan Desainer Grafis
Indonesia, dengan kecenderungan ideologi yang lebih liberal dibandingkan
negara-negara Barat yang menciptakan liberalisme itu sendiri. Ketidakjelasan
ideologi ini juga berdampak pada karya yang diciptakan, sehingga mendorong
perlunya Desainer Grafis Indonesia menyadari kembali pentingnya Pancasila
sebagai landasan ideologi Desain Grafis Indonesia.
Lantas
bagaimana Desainer Grafis Indonesia dapat merefleksikan nilai-nilai Pancasila
dalam strategi, proses, dan penerapan desainnya?
Menurut jurnal tersebut,
Desainer Grafis Indonesia dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam
strategi desain mereka dengan memasukkan nilai-nilai lokal dan sumber bahan
yang sebagian besar berasal dari Indonesia. Dalam proses perancangannya, mereka
dapat mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan yang spesifik untuk
Indonesia. Dalam mengaplikasikan desainnya, mereka dapat fokus pada industri
komersial dan non-komersial, dengan menggunakan pendekatan visual dan
komunikasi yang mencerminkan ciri khas Indonesia.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
kita Tarik dari jurnal ini adalah Jurnal ini menyoroti pentingnya nilai-nilai
lokal dan ideologi Pancasila dalam desain grafis Indonesia untuk mempertahankan
identitas budaya dan kebangsaan. Pengaruh liberalisme dari negara barat telah
membuat masyarakat desainer grafis Indonesia kehilangan identitas ideologis
yang jelas. Oleh karena itu, desainer grafis Indonesia perlu kembali menggali
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar ideologi dalam desain grafis mereka. Dengan
mengutamakan nilai-nilai lokal dan keindonesiaan dalam strategi, proses, dan
aplikasi desain grafis, mereka dapat menciptakan karya-karya yang mencerminkan
karakter Indonesia dan memperkuat identitas budaya negara.
Jurnal 3
GAYA
POP ART PADA KARYA DESAIN GRAFIS DI INDONESIA
Pada jurnal ketiga ini
membahas prihal gaya desain pop art pada karya desain grafis di Indonesia, Artikel
ini membahas tentang penerapan gaya Pop Art dalam desain grafis di Indonesia,
dengan mengambil contoh dua karya dari Indie Guerillas dan Majalah Concept.
Gaya Pop Art masih menjadi inspirasi bagi para desainer grafis di Indonesia,
meskipun kurangnya idiom visual lokal dalam karya-karya tersebut. Artikel juga
menyoroti pentingnya pengembangan pendekatan kreatif dalam mengolah gaya Pop
Art dengan nuansa Indonesia.
**Pop Art dan
Pengaruhnya di Indonesia**
Pop Art adalah gerakan
seni yang dipengaruhi oleh budaya populer dan berkembang pesat di Amerika dan
Inggris pada tahun 1960-an. Gaya Pop Art mengangkat ikon-ikon budaya populer
seperti komik, iklan, dan selebriti, dan seringkali tampil dengan gaya yang nakal
dan mengejutkan. Meskipun gerakan Pop Art mengalami masa surut, gaya ini masih
menjadi sumber inspirasi bagi desainer grafis di Indonesia. Beberapa desainer
grafis di Indonesia telah mengadopsi gaya Pop Art dalam karya-karya mereka,
terutama pada tahun 70-an melalui majalah musik Aktual.
**Penerapan Gaya Pop Art
di Indonesia**
Dalam konteks Indonesia,
gaya Pop Art telah diterapkan dalam desain grafis oleh beberapa seniman dan
desainer terkemuka seperti Indie Guerillas dan Majalah Concept. Meskipun
demikian, terdapat kritik terhadap kurangnya idiom visual lokal dalam
karya-karya tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan pendekatan
kreatif yang lebih dalam dalam mengolah gaya Pop Art dengan nuansa Indonesia.
Meskipun demikian, keberadaan gaya Pop Art dalam desain grafis Indonesia tetap
menjadi inspirasi yang relevan bagi para desainer grafis di tanah air.
**Kesimpulan**
Jurnal tersebut membahas
tentang penerapan gaya Pop Art dalam desain grafis di Indonesia, dengan
menyoroti dua karya dari Indie Guerillas dan Majalah Concept. Meskipun gaya Pop
Art berasal dari budaya Barat, inspirasi ini tetap relevan bagi para desainer
grafis di Indonesia. Meskipun demikian, terdapat kritik terhadap kurangnya
idiom visual lokal dalam karya-karya tersebut, menunjukkan pentingnya
pengembangan pendekatan kreatif yang lebih dalam dalam mengolah gaya Pop Art
dengan nuansa Indonesia.
Nilai korelasi yang bis
akita tangkap dari review 3 jurnal diatas adalah
1. Sejarah desain grafis Indonesia bermula dari desain grafis pada masa
hindia Belanda, Dimana terdapat perpaduan antara seni modern eropa dengan
perpaduan romantisme kebudayaan local di hindia Belanda
2. Adanya perpaduan antara seni desain grafis local dan negara-negara barat
pada masa hindia Belanda menjadikan desain grafis Indonesia menjadi krisis
identitas dan cenderung mengarah kepada liberalism
3. Sebagaimana pada poin 2, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan
desain pop art yang masiv mulai tahun 1960-1980an, yang mana hal itu masih bisa
kita rasakan hingga saat ini meskipun tidak semasiv dahulu.
4. Pengaruh style pop art di indonesia sangatlah kuat, baik itu pada iklan
tv, brosur, hingga majalah, Meskipun demikian, terdapat kritik terhadap
kurangnya idiom visual lokal dalam karya-karya tersebut. Hal ini menunjukkan
pentingnya pengembangan pendekatan kreatif yang lebih dalam dalam mengolah gaya
Pop Art dengan nuansa Indonesia.
Berdasarkan 4 poin tersebut
dapat kita Tarik kesimpulan akan adanya krisis eksistensial pada style desain
grafis yang menjadi ciri khas pada bangsa Indonesia, meskipun sempat terjadi
akulturasi antara style desain modern eropa dan kearifan local, seiring
berkembangnya zaman, arah pandangan style desain grafis di Indonesia cenderung
menganut ideologi liberalism, dan di tambah dengan adanya gelombang penggunaan
desain pop art secara masiv pada taun 1960-1980, menjadikan style desain grafis
yang bernuansa kebudayaan Indonesia semakin berkurang, meskipun pada saat ini
sudah banyak perpaduan antara style desain grafis kekinian dengan style
kebudaayn Indonesia, namun hal tersebut masih belum cukup untuk
menvisualisasikan kebudayaan Indonesia.
sumber:
Komentar
Posting Komentar